Kamis, 10 Desember 2015

Menggapai Mimpi

Menggapai Mimpi

Oleh : Anita Hanifah35
Terkadang aku ragu dengan kemampuan ku sendiri, apakah aku bisa untuk menjadi orang sukses ? Aku tidak tahu kapan aku akan menjadi orang sukses yang aku tahu hanyalah aku pasti akan menjadi orang sukses.


Banyak hal yang ingin ku lakukan untuk menggapai sukses, mimpi itu selalu ku rajut menjadi cerita yang indah, namun terkadang mimpi tak seindah yang ku harapkan. Terkadang aku terjatuh dalam menaiki tangga yang ingin ku lalui, karenanya aku sadar, menggapai mimpi untuk berada di ketinggian terindah itu tidaklah mudah.

Meskipun hari ini aku berada di sisi kegagalan, namun aku yakin, suatu saat nanti aku pasti berhasil, kegagalan hanyalah proses untuk kita menjadi orang yang lebih kuat. Aku percaya, Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba_Nya yang selalu berusaha dan berdo’a.

“jangan menyerah atas mimpimu, impian memberimu tujuan hidup. Ingatlah, sukses bukan kunci kebahagian, kebahagianlah kunci sukses”. Dan yang harus ku lakukan adalah mensyukuri nikmat yang Allah berikan.

Kini keyakinan kembali masuk ke dalam hatiku, memberiku semangat untuk terus menggapai mimpi. Sambil tersenyum ku menuliskan mimpi itu di papan mimpi. Aku berharap malaikat ikut meng-aminkan mimpi yang ku rajut. Aku hanyalah manusia biasa, aku hanya bisa berusaha dan Allah yang menentukan.

Masih tentang mimpi-mimpi yang indah, membawa ku pada imajinasi tertinggi. Aku hanya bermain-main di awan malam, yang ku yakini, andai ada angin menerpaku, aku terjatuh bersama bintang-bintang. karena mimpi yang telah menghantarkan ku pada sudut yang tak ku ketahui sebelumnya, mimpi membuatku berani mengambil langkah, kegagalan itu hanya mimpi buruk sebagai penghias, sebelum aku akan dapati mimpi indah. impian itu menghantarkan ku pada satu hal yang tak mungkin tapi bisa menjadi mungkin, jangan pernah takut bermimpi, namun jangan cuma sekedar impian juga. belumlah dikatakan mimpi sebelum kau terbangun dan meraihnya.

Wahai mimpi hantarkan aku pada kenyataan yang sesungguhnya, pertemukan aku pada cahaya-Nya.

#sahabatmemotivasidanmenginspirasi

#Jakarta, 11-Desember-2015.

Rabu, 09 Desember 2015

teropong calon isteri solehah

Mau punya Isteri yang setia seperti  apa ?

Seperti kesetiaan Khadijah kepada Rasulullah ?
Dahulu Rasulullah adalah orang yang tersesat, maka Allah memberikan hidayah melalui Khadijah. Dahulu Rasulullah adalah orang yang miskin, maka melalui Khadijah Allah memberikan kekayaan. Dahulu Rasulullah adalah orang yang lemah, melalui Khadijah Allah memberikan kekuatan, Khadijah adalah orang yang pertama mempercayai Rasulullah disaat orang-orang tidak mempercayainya, Khadijah adalah isteri yang setia dalam keadaan suka dan duka, Kahdijah adalah isteri yang mendukung dakwah Rasulullah
Atau mau punya Isteri yang setia seperti Zainab binti Rasulullah Muhammad
Meskipun suaminya Zainab pada waktu itu masih kafir, sedangkan Zainad sudah masuk islam, adalah Abu Al-Ash bin Rabi’. Pada suatu perang antara kaum muslimin dengan kafir, Abu Al-Ash menjadi tawanan perang, dan saat itu Zainab datang untuk menembus suaminya dengan memberikan kalung yang diberikan Khadijah, Rasulullah melihat tulisan pada kalung tersebut “Zainab Binti Muhammad”. Kemudian Rasulullah memerintahkan untukmelepaskan Abu Al-Ash dan mengembalikan kalung tersebut.
Kesetiaan Zainab pada Abu Al-Ash yang membuat Abu Al-Ash masuk Islam, ketika itu Abu Al-Ash datang ke Madinah dengan membawa barang titipan dagang para kaum Quraisy, pada saat itu Abu Al-Ash tertangkap dan tersita semua barang dagangannya, kemudian Abu Al-Ash datang menemui Zainab untuk meminta perlindungan dan meminta agar barang dagangan tersebut dikembalikan karena barang tersebut adalah barang titipan. Pada saat sholat subuh Zainab menyampaikan permintaan suaminya tersebut. “wahai umat Islam aku telah memberikan perlindungan kepada Abu Al-Ash bin Rabi’. Kemudian Rasulullah keluar masjid dan menemui Zainab, serta menyampaikan bahwa Abu Al-Ash bukan suaminya lagi dalam pandangan Islam. Meski Zainab masih menyintainya dengan malu-malu Zainab berkata”ayah dia menginginkan hartanya yang dirampas pasukan muslim dikembalikan, karena harta tersebut adalah titipan kafir Quraisy kepadanya”. Para sahabat sepakat untuk mengembalikannya, Abu Al-Ash sangat terkesima dengan para muslimin yang dengan ikhlas mengembalikan harta tersebut tanpa kurang satu pun, setelah harta tersebut dikembalikan, Abu Al-Ash kembali lagi ke Madinah dan membaca dua kalimat syahadat, dan Rasulullah memperbaiki hubungan pernikahan Zainab dan Abu Al-Ash. Bersatulah dua insan yang diikat dengan kesetiaan. Sungguh luar biasa kesetiaan Zainab hingga mengembalikan Abu Al-Ash pada Cahaya Allah
Atau mau punya isteri yang setia seperti kesetiaan Rahmah isterinya Nabi Ayyub ?
Pada suatu hari Nabi Ayyub mendapatkan ujian yang luar biasa dari Allah, semua anak-anaknya meninggal dunia, harta bendanya habis dan penyakitnya tak kunjung sembuh dan diusir dari kampung. Namun, isterinya Nabi Ayyub dengan sangat setia menemaninya. Isterinya Nabi Ayyub menjadi tulang punggung keluarga, ia memencari nafkah bahkan menjadi pembantu, namun banyak orang yang tidak menerimanya, kalau mereka tahu isterinya Nabi Ayyub karena mereka takut tertular penyakitnya Nabi Ayyub. Namun isteri beliau tidak kehabisan akal, ia menjual rambutnya tanpa sepengetahuan suaminya, pada suatu hari, kerudung isterinya Nabi Ayyub terbuka, dan betapa terkejutnya Nabi Ayyub ketika melihat rambut isterinya tidak ada. Pada saat itu, isterinya sudah tidak bisa membuat alasan lagi, akhirnya ia menceritakan bahwa rambutnya dijual untuk biaya makan. Nabi Ayyub melihat apa yang dilakukan Rahmah adalah pelanggaran yang harus mendapatkan sangsi, namun pada saat yang sama Nabi Ayyub tahu bahwa yang dilakukannya adalah adalah tanda bakti dan kesetiaan yang tidak bisa diukur dengan apapun. Di tengah ketidakberdayaannya Nabi Ayyub berdo’a kepada Allah untuk diberi kesembuhan, kemudian Nabi Ayyub sembuh seperti sedia kala, Nabi Ayyub mengumpulkan lidi untuk menghukum isterinya. Kesetiaan Rahmah adalah kesetiaan yang luar biasa, senantiasa berada disisi suami dalam keadaan suka maupun duka

Masih banyak lagi cerminan kesetiaan seorang isteri yang dapat dijadikan contoh atau suri tauladan, khususnya untuk para akhwat, calon ibu, dan para ibu. Carilah isteri yang solehah, karena isteri yang solehah menghantarkanmu semakin dekat dengan cinta-Nya, bimbinglah isterimu menjadi isteri solehah, agar mereka tak menjadi fitnah untukmu. Wallahu’alam 

Jumat, 13 November 2015

Motivasi Dakwah

Motivasi Dakwah

oleh : Anita Hanifah35

Serulah (manusia)kepada jalan Tuhan mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantalah mereka dengan jalan yang baik”. (Q.S.An-Nahl : 125).
Menyeru manusia kepada jalan yang baik bukanlah tugas seorang kyai, ulama, ustadz dan tokoh agama lainnya. Namun, menyeru kepada jalan yang baik adalah tugas kita semua. Menyeru kepada kebaikan tidak menunggu kita menjadi sempurna dalam kebaikan, karena tugas besar dalam menyeru kebaikan ini adalah wajib dan tidak memerlukan insan yang sempurna, karena tiada manusia yang terlepas dari dosa, dan tugas kita hanyalah berusaha. Ketika kita mengalami kegagalan, terjatuh, dicela, tidak diterima itu perkara yang wajar. Karena jalan dakwah ini penuh rintangan dan halangan. Namun yakinlah saat rintangan tersebut dapat kita lewati satu persatu, maka manisnya iman akan terasa setelah pahitnya berjuang. Berdakwah hukumnya adalah wajib, mengapa berdakwah hukumnya wajib ?
1        Islam adalah agama dakwah
Islam adalah agama yang bersumber dari Allah SWT dan diturunkan melalui malaikat Jibril kepada nabi dan rasulnya Muhammad SAW. Misi Islam adalah untuk membebaskan manusia dari segala bentuk pengabdian kepada makhluk, kemudian menjadi pengabdi Allah SWT semata.
2        Perumpamaan kalimat yang baik adalah dakwah
3        Dakwah adalah pekerjaan mulia
Hendaklah kamu menjadi orang-orang yang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al-kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”. (Q.S.Al-Imran : 79)
Menjadi generasi rabbani adalah generasi yang menyeru manusia kepada tauhid
4        Dakwah adalah jembatan kemenangan.

Secara garis besar dakwah Islam mempunyai tujuh (7) tujuan sebagai berikut :
1.      Mendapatkan ridho Allah dengan memenuhi segala pesyaratannya
2.      Membangun manusia muslim yang memiliki integritas moral, intelektual, serta fisik yang sehat dan kuat
3.      Mewujudkan keluarga teladan yang menghormati norma-norma kemanusiaan dan menghargai akhlak sosial guna melahirkan generasi yang merdeka dan berbudaya
4.      Membina masyarakat menuju kehidupan yang bersih, indah dan berkomitmen untuk menyebarkan nilai-nilai kebajikan serta memerangi dekadensi moral dan perilaku penyimpangan
5.      Ikut menegakan persauan dan kesatuan bangsa dan menempatkannya di atas perbedaan suku, golongan serta agama
6.      Memelihara kemaslahatan islam dan kaum muslimin serta memotivasi mereka untuk memiliki tanggung jawab bagi kedamaian dan kejayaan bangsa
7.      Menyiapkan insan yang cerdas, terampil dan bertakwa
Dengan demikian, masih adakah alasan bagi kita untuk berlari dari dakwah ? masih adakah alasan untuk kita tidak berdakwah ? katakanlah “Tidak ada alasan kabur dari dakwah”. Karena pada hakikatnya bukan dakwah yang membutuhkan kita, namun kita yang membutuhkan dakwah. Semoga dakwah menjadi jalan menuju jannah.

"Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu. Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu. Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu. Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu." (alm KH. Rahmat Abdullah).

Kamis, 17 September 2015

Cara Mendidk anak



Cara mendidik anak


أَدِّبُوا أَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثٍ خِصَالٍ :حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَ حُبِّ أَهْلَ بَيْتِهِ وَ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ فَإِنَّ حَمَلَةَ الْقُرْآنِ فِي ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لَا ظِلِّ إِلَّاظِلُّهُ مَعَ أَنْبِيَائِهِ وَ أَصْفِيَائِهِ (رواه الديلمى عن علي)

“Hendaklah kalian mendidik anak-anak kalian dengan 3 perkara : 1. Didiklah dengan kecintaan terhadap Nabi, 2. Didiklah dengan kecintaan terhadap keluarga Nabi, 3. Didiklah untuk membaca al-qur’an. Maka sesungguhnya orang-orang yang menghafal al-qur’an berada di bawah naungan Allah, pada hari yang tidak ada naungan selain naungan Allah bersama para Nabi dan para kekasih Allah”.(رواه الديلمى عن علي)
Dari hadist diatas, dapat kita ambil sebuah hikmah besar, terutama untuk kita para orang tua dan calon orang tua, untuk mengarahkan, mendidik dan membimbing anak-anak kita pada nilai-nilai dan panji-panji agama. Oleh karena itu, kenalilah mereka terhadap tiga hal tersebut yaitu :
1. kenalilah ia kepada Allah dan Rasul-Nya
2. kenalilah ia kepada para keluarga dan sahabat Nabi
3. kenalilah ia kepada ayat Suci Al-Qur’an
Anak adalah amanah, anugerah dan berkah, jika kita mampu mengarahkannya kepada jalan yang benar. Seorang anak yang soleh dan solehah akan menjadi jembatan menuju syurga bagi kedua orang tuanya, dan anak adalah salah satu kunci pintu syurga.
Sebagai orang tua, tentu kita akan sangat bangga apabila anak kita bisa dengan pasih berbicara bahasa Inggris, namun alangkah lebih bangga jika ia mampu membaca al-Qur’an dengan pasih pula.
Sebagai orang tua, tentu kita akan bangga apabila anak kita bisa bernyanyi dengan merdu, namun lebih bangga lagi jika ia membaca al-Qur’an dengan penuh syahdu.
Melihat anak tumbuh remaja, tentu kita sebagai orang tua akan sangat merasa senang, namun lebih senang lagi, jika masa remaja anak kita mengarah kepada hal-hal yang positif
Zaman sekarang adalah tantangan. Ribuan rayuan dan godaan sering kali menghampiri para generasi muda dan mencoba untuk merusaknya. Disinilah peran kita sebagai orang tua, untuk melindungi anak-anak kita dari kehancuran dan kenistaan. Semoga kita semua menjadi orang tua yang amanah. Waallahu a’alam...

#Bandung, 04-September-2015
#AnitaHanifah35


Rabu, 16 September 2015

belajar dari seeokor burung gagak



Belajar dari seeokor burung gagak 


Pada suatu hari ada seekor burung gagak yang hinggap di atas pohon tanpa melakukan sesuatu apapun, kemudian datanglah seekor kelinci yang menghampirinya dan bertanya.
“Hai burung gagak sedang apa kau di atas ranting tersebut?”. Tanya kelenci tersebut kepada burung gagak.
“aku sedang duduk santai aja”. Jawab burung gagak tersebut.
“wah enak sekali jadi kau, apakah aku bisa seperti mu, duduk santai tanpa melakukan apapun?”. Tanya kelinci kepada burung gagak
“Oh tentu, kau pun bisa seperti aku”. Jawab burung gagak tersebut.
Kemudian kelinci pun mencari tempat teduh di bawah pohon dan duduk santai di pohon yang rindang, tanpa melakukan hal apapun.
Singkat cerita, ketika kelinci sedang duduk santai tersebut, tiba-tiba musang datang menghampiri kelinci dan langsung menerkam kelinci tersebut.
Hikmahnya adalah jika kelinci ingin seperti burung gagak yang sedang duduk santai tanpa melakukan apapun, seharunya jangan duduk di tempat yang rendah tapi duduklah di tempat yang tinggi.

Minggu, 26 April 2015

                     
Tanpa Hujan Tidak Ada Pelangi

Cerpen karangan : Anita Juni Yanti
                            
Sekelompok anak kecil menari-nari riang menikmati hujan di senja ini. Mereka tertawa lepas dan tampak bahagia, bermain bersama air hujan yang dingin. Mereka berlarian, kejar-kejaran dan bermain perahu kertas di aliran selokan. Ku tatapi kebahagian demi kebahagian yang dirasakan anak kecil tersebut. Senyum yang merekah dari kedua bibirnya, dihiasi lesung pipi, menambah cantik wajah yang tersenyum. Bagaikan taman bunga yang akan mekar menyambut datangnya hujan.
 Namun, tampaknya ada yang salah dengan hujan ini. Tiba-tiba hati ku kacau dan terasa sakit.
            Tess...tess..tess...
“Ku rasakan ada air hujan yang turun dari sumber yang lain. Aku tak mengerti dengan ini. Hey...anak kecil itu tampak bahagia dengan air hujan, namun ada apa dengan hujan ini ?”. Jerit batin ku.
Tentu saja aku merasakan ada hal yang berbeda, ternyata air hujan itu bukan jatuh dari atas langit. Namun jatuh dari kedua pipiku.
Hujan terkadang memberikan keberkahan dan anugerah terindah bagi orang yang menikmatinya. Akan tetapi, hujan terasa sangat menyakitkan, jika itu adalah hujan masalah. Hujan yang dirasakan anak kecil itu berbeda dengan hujan yang sedang ku rasakan. Mereka menikmati kesejukan air dari awan, dan aku menikmati air dari permasalahan.
Aku hanyalah seorang gadis yang senang berdiri di depan pintu, meratapi tetes air hujan yang jatuh ke bumi, karena hujan bagiku, menyisakan rasa sakit yang teramat dalam. Hujan tiga tahun yang lalu, merenggut kebahagian yang pernah terukir indah. Hujan membawa ia bersama wanita lain.
“Oh Tuhan... kenapa hujan di pipi ku kian deras”. Bisik  hati ku.

~
“Kak, aku lapar”. Seru adik ku Rangga yang membuyarkan lamunan ku bersama gemericik hujan. Ia tampak pucat pasi.
Sejenak, ku perhatikan penampilan Rangga, ia kurus, wajahnya pucat, dan terlihat sangat lemah. “Tuhan...berikan balasan untuk orang yang sudah menelantarkan si kecil”. Seru batin ku.
“Kak”. Seru adikku kembali.
Dengan menghela nafas, ku hapus air hujan yang membasahi pipi ku, dan melemparkan senyum terindah yang ku miliki untuk adik tercinta. “ia sebentar ya dek, kaka masak dulu”. Jawabku singkat.
 Sambil menahan rasa sakit ini, ku coba berusaha tegar demi adik dan ibu ku. Kaki ini terasa sangat berat untuk di langkahkan. Namun, jika bukan aku yang mengurus mereka, siapa lagi?. Tuhan kau tak hanya mengirimkan air hujan ini menembus atap rumah ku yang semakin rusak, dan kau mengirimkan air hujan di sudut pipi ku. Tuhan luka ini terlalu sempurna.
Usai masak dan mempersiapkan makanan untuk ibu dan adik bungsu ku. Aku terpaku melihat ibu mengusap photo yang mulai usang itu. Sorot mata ku memancarkan api kebenciaan melihat photo yang di bersihkan ibu. Luka ini masih terlalu sempurna, bahkan aku tak mau mengingat semua kenangan lalu.
Dengan cepat aku ambil photo itu dari ibu, dan melemparkannya dengan keras ke atas lantai hingga pecah berkeping-keping. Kepingan itu bagaikan serpihan hati yang ia potong dengan pisau yang tajam.
Mata ibu berkaca-kaca melihat ku memecahkan photo itu. Perlahan ibu mengambil kepingan kaca yang berserakan.
“Awww....”. Seru ibu merintih kesakitan. Tangannya tergores pecahan kaca yang ia kumpulkan. Aku heran sama ibu, masih saja ia mau menyimpan kenangan pahit yang seharus ia hapus bersamaan kepergian laki-laki itu. Kepingan kaca itu hanya melukai tangannya, dan lelaki itu melukai hatinya. Aku yakin hati ibu pecah bagaikan kepingan kaca itu. Kala lelaki itu pergi di tengah hujan deras bersamaan wanita lain.
Aku seolah acuh melihat ibu terus merapihkan kepingan kaca itu, sehingga tiba-tiba saja aku mengeluarkan kata yang seharusnya aku jaga.
“Percuma bu, meskipun ibu ambil kepingan demi kepengin itu, tak akan menjadikan bingkai yang indah lagi, dan selamanya akan menjadi kepingan yang pecah”. Teriakku kepada ibu.
“ada kalanya kita perlu terima bahwa ada orang yang diciptakan untuk menyakiti perasaan kita”. Jawab ibu dengan lembut.
“terus kita harus terus mengingatnya, hingga menjadikan kita orang gila, begitu maksud ibu?”. Air hujan ini semakin deras ku rasakan di kedua pipi ku.
Ibu berusaha berdiri dan duduk di kursi. Ia rebahkan badannya yang sudah sangat lemah. Aku tahu, pasti luka di hati ibu, jauh lebih sempurna daripada apa yang ku rasakan.
Tiba-tiba saja aku mematung di hadapan ibu, melihat sorot matanya, menunggu responnya atas pernyataan yang telah ku lontarkan. Andai ibu mengakui bahwa orang itu tak pantas hadir dalam kenangan kita, dan melupakannya, aku tak akan pernah membentak ibu.
“Nak”. Seru ibu dengan nada yang parau.
“Bukankah Allah menguji ketegaran dalam kesakitan?”. Seru ibu kembali.
Sejenak aku terpaku mendengar respon yang ibu sampaikan.
“Allah tidak akan menciptakan suatu peristiwa tanpa ada kolerasinya dengan masa depan, sengaja Allah memilih ia yang menyakiti kita, dan Allah memilih kita yang disakitinya. Itu semua adalah desain yang sangat indah”. Seru ibu kembali.
“jadi, menurut ibu, penderitaan, pengkhiatan itu adalah anugerah, begitu maksud ibu ?”. Tegasku membantah pernyataan ibu.
Ibu hanya terdiam dan menahan air matanya.
“Sebuah anugerah dari Tuhan, dimana Tuhan mengirim Iblis dalam kehidupan kita”. Seru ku dengan nada yang tinggi.
“jaga mulut mu !!!”. Sorot mata ibu mengarah kepada ku.
“kalau tak ada ia, kau tak akan pernah ada dalam hidup ini”. Seru ibu kembali.
“bahkan kalau aku boleh memilih, aku tak ingin ada di dunia ini”. Jawab ku.
Sejenak aku dan ibu terdiam. Selang beberapa detik kemudian, ibu tersenyum membelai kepala ku lembut.
“andai semua ini tak pernah terjadi, apakah kamu akan menjadi orang yang dewasa?”. Seru ibu kembali
“aku ngga ngerti maksud ibu”. Sambil menatap kedua matanya.
Ibu kembali duduk di kursi. Menghela nafas panjang dan hembusan kepasrahan.
“seharusnya, kamu coba baca simbol dari Tuhan”. Suara ibu keluar dengan menahan getir di hatinya sendiri.
“nak, dengarkan ibu”.
“semenjak, seseorang yang kita cinta meninggalkan dan menelantarkan kita. Kita berusaha dewasa dalam setiap permasalahan. Air hujan yang jatuh dari kedua pipi kita saat sujud kepada Tuhan, itulah yang Tuhan harapkan dari kita. Air hujan yang mengalir dari kedua pipi kita, semakin mendekatkan kita kepada Sang Maha Cinta. Jika kita kecewa, itu adalah hal yang manusiawi, karena rasa kecewa dan sakit pun Tuhan yang menciptakan. Namun berlarut dalam kebencian, itulah yang syaithan harapkan”. Seru ibu.
Aku yang mendengarkan semua nasehat ibu, hanya terpaku, diam membisu. Ibu berdiri dari kursinya dan menggandeng tangan ku.
“Lihatlah hujannya sudah berhenti”. Seru ibu dengan senyuman terindahnya.
“lihatlah ke atas awan itu nak”. Seru ibu kembali
“Pelangi”. Jawabku lirih
“ bagaikan pelangi setelah hujan, itulah janji dari Tuhan”. Seru ibu berkaca-kaca
~
            Bersama senja ku nikmati  panorama indah yang sudah Allah ciptakan. Perseteruan ku dengan ibu, membuatku berpikir satu hal. Tanpa hujan tidak akan ada pelangi. Semenjak sosok yang aku banggakan dan sandaran hidup pergi meninggalkan kami untuk seorang wanita yang tak jelas status sosialnya. Aku terpuruk dengan kisah baru tanpa sang ayah. Ketegaran yang ibu meliki tidaklah sebanding dengan luka yang aku rasakan. Masalah yang aku hadapi bagaikan hujan yang Tuhan turunkan, namun Tuhan memberikan pelangi indah bersama ku.
Yah...Ibu adalah pelangi. Kilauan cahayanya membuatku menjadi pribadi yang tegar. Hujan dan pelangi itu adalah kolerasi. Tanpa hujan tidak akan ada pelangi.
Tuhan...biarkanlah pelangi itu tetap memberikan warna indah dalam hidupku, meskipun kami kini hanya bertiga, dalam sebuah gubug derita dan nestapa. Rumah yang tak layak di tempat ini tetap bagaikan istana di surga_Nya. Karena di sini ada pelangi terindah.
Aku semakin mengerti apa mau mu Tuhan. Tanpa hujan tak akan ada pelangi.