Kamis, 19 Maret 2015

Dekadensi Moral Mahasiswa Islam di Era Globalisasi

Oleh : Anita Juni Yanti

Dekadensi moral merupakan kondisi moral yang merosot (jatuh) atau sementara mengalami (dalam keadaan) mundur atapun kemunduran; kemunduran dan kemorosatan yang terus menerus (sengaja atapun tidak sengaja) terjadi serta sulit untuk diangkat atau diarahkan menjadi seperti keadaan semula atau sebelumnnya.
Pengertian moral ini secara tegas juga disampaikan oleh Imam Al-Ghazali, yaitu Budi Pekerti (moral/akhlak) ibarat dari perilaku yang sudah menetap dalam jiwa yang dapat melahirkan perbuatan yang mudah dan gampang tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan.
Moral dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Hadist, serta hasil pemikiran para ulama dan filosof  sebagaimana firman Alla SWT dalam surat Al-Qalam ayat 4.
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
Salah satu permasalahan besar pada kehidupan masyarakat bahkan para intelektualitas sekalipun adalah ketika nilai-nilai ke-islaman sudah tidak bersemayam di lubuk hatinya lagi, ketika nilai akidah hanya sebuah sejarah, dan Islam hanyalah dijadikan identitas agama. Inilah permasalahan dekadensi moral.
Keadaan umat Islam pada perkembangan sekarang sedang mengalami kemerosotan, terutama di kalangan kaula muda, pelajar bahkan para intelektualnya sendiri, dimana mereka adalah harapan Islam di masa depan. Disinilah yang menjadi tugas kita bersama dalam membangkitkan kembali jiwa Islam yang hampir saja punah, karena tanpa kita sadari, para Intelektual di era globalisasi ini dihadapkan dengan berbagai godaan dan rayuan, yang membuat mereka jauh dari nilai-nilai ke-Islaman.
Gaya hidup yang hedonisme kini merasuk dalam sukma panji-panji pemuda Islam, penyimpangan demi penyimpangan kian giat dan gigih dikibarkan oleh para intelektual, bahkan hanya membedakan antara yang halal dan samar sudah menjadi sesuatu yang tabu. Melihat pemasalahan yang kian hari semakin kompleks, sudah saatnya kita membangkitkan kembali nilai-nilai ke-islaman, apalagi kampus yang sedang kita emban bersama adalah kampus islam. Sebuah kampus yang seharusnya menjadi contoh untuk kampus lain dalam menjalankan nilai-nilai ke-islaman tersebut, namun sayang, nilai-nilai ke-islaman tersebut bahkan belum menjiwai para intelektual di kampus ini.
Jika dekadensi moral telah menyebar pula dikalangan mahasiswa sebagai harapan masa depan bangsa ini. Jika mahasiswa yang merupakan jembatan penghubung antara realita dan idealita terjangkit dekadensi moral, bagaimana nasib masa depan bangsa ini? Hal inilah yang menjadi tugas utama kita semua.
            Apapun fenomena yang terjadi saat ini, pastilah ada sebab dan akibatnya, begitu pula dengan dekadensi moral yang kian hari terjadi tanpa ada solusi yang kongkret untuk memperbaikinya. Dekadensi moral yang terjadi di kalangan mahasiswa ataupun kaum pelajar lainnya adalah yang kita kenal dengan lima F diantaranya ;
1.      Food (Makanan)
Salah satu penyebab terjadinya dekadensi moral pada jiwa mahasiswa adalah Food atau makanan. Aneka ragam model makanan disajikan seringkali membuat kita lupa hukum  dari makanan yang disajikan. Apakah halal atau haram ?
2.      Fun (Hiburan)
Di Era Globalisasi ini, banyak pelajar bahkan mahasiswa yang masih mengkiblat pada dunia Barat. Para mahasiswa yang mengekor akan budaya luar mempengaruhi gaya hidup ke-Timuran. Hedonisme kini menjadi identitas sendiri pada jiwa-jiwa mahasiswa Islam.
3.      Fashion (Model)
Gaya berbusana yang seringkali digunakan para pelajar atau mahasiswa Islam sudah jauh dari nilai-nilai keislaman. Trend baju saat ini dengan memakai pakaian yang mini dan ketat, dan membuat mereka seakan bangga menjadi demikian. tentu saja hal ini yang menjadi akar munculnya dekadensi dimana-mana. terbukti angka pemerkosaan yang semakin tinggi, fenomena hamil di luar nikah seakan menjadi hal yang tidak tabu lagi, angka aborsi pada kalangan muda-mudi terus bertambah, free sex, narkoba, minuman keras.
4.      Film
Film yang sudah masuk ke dalam dunia hiburan, seringkali membuat para pelajar atau mahasiswa Islam mengikutinya. Fenomena lainnya yang sering dipertontonkan para pelajar atau bahkan mahasiswa saat ini adalah kemesraan yang tidak sewajarnya, mereka menonton film yang seharusnya tidak mereka lihat secara vulgar yang banyak ditemui hampir di setiap tempat, para pelajar yang sedang di mabuk asmara saling memperlihatkan memperlihatkan kemesraan mereka di depan publik. Dan mereka seakan tidak mengerti lagi apa itu kesopanan dan norma yang berlaku di tempat tinggal mereka. Sehingga identitas budaya sendiri menjadi hilang.
5.      Football
Dan salah satu faktor F lainnya adalah Football, fenomena dari Football itu sendiri sudah sangatlah jelas, jika kita lihat setiap kali ada event sepak bola, banyak terjadi kekacauan dari para pendukungnya.
Selain faktor F lima tersebut, terdapat pula beberapa faktor penting yang mempunyai pengaruh dalam dekadensi moral di tanah air kita pada tahun-tahun terakhir ini ialah :
a.       Kurangnya pembinaan mental
Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam diri setiap orang ada dorongan, keinginan dan kebutuhan yang kadang-kadang bertentangan dengan nilai moral. Orang yang gelisah itu tidak akan mampu menghadapi kebutuhan yang baik, apabila ia dari kecil tidak terlatih mengendalikan keinginan dan kebutuhan yang berlawanan dengan nilai moral tersebut.
Orang yang tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, tidak akan mengetahui nilai moral yang perlu dipatuhinya dengan suka rela dan mungkin tidak akan merasakan apa pentingnya mematuhi nilai moral yang pasti dan dipatuhi dengan ikhlas.[1]
b.      Kurangnya pengenalan terhadap nilai moral Pancasila
Apabila pancasila telah dimengerti dan didudukkan dalam fungsi pengendali tingkah laku dan kebijaksanaan setiap orang, maka pelaksanaan nilai moral dari pancasila itu dalam hidup harus dimengerti dan diketahui.[2] Sampai sekarang, para pelajar masih belum dapat mengaplikasikan nilai moral dari pancasila itu.
c.       Kegoncangan suasana dalam masyarakat
Keadaan sosial pun tidak dapat dikatakan stabil, mulai dari rumah tangga, sampai keluar, kemasyarakat ramai, kita mendengar hal yang menggelisahkan dan mencemaskan. Disana sini terjadi pengacauan, penodongan, penipuan dan lain sebagainya yang membuat orang cukup gelisah.[3] Oleh sebab itu, faktor kegoncangan dalam masyarakat juga merupakan permasalahan dekadensi moral.
d.      Kurang jelasnya hari depan di mata anak muda
Apabila anak muda yang penuh semangat ini. Tidak mendapat saluran yang wajar dan bimbingan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya, maka mereka akan mengalami kegelisahan batin yang menyebabkan kelaukan dan tindakan mereka kadang-kadang sangat ekstrim dan sukar dikendalikan.
e.       Pengaruh kebudayaan asing
Pengaruh kebudayaan asing merupakan faktor yang sangat besar dalam dekadensi moral yang terjadi di era globalisasi saat ini. Serangan dan wabah kerusakan moral yang masuk bersama kebudayaan asing yang bertentangan dengan jiwa pancila itu, mudah menyerang dan menimpa masyarakat kita yang memang sedang mengalami kegoncangan jiwa dan kehilangan ketentraman batin. Hal ini akan menjadikan masyarakat bahkan kaum terpelajar mengalami demoralisasi (kemerosotan moral).
Salah satu fenomena yang sangat mempengaruhi dekadensi moral adalah informasi dari berbagai media tanpa di filter yang baik dan yang buruknya, sehingga membuat para terpelajar tidak memilahnya terlebih dahulu. Sangatlah ironis yang melanda para pelajar adalah banyak nya pelajar yang megikuti budaya luar seperti budaya korea (k-pop). Hal yang di khawatir kan sekarang adalah mulai berkurangnya rasa nasionalsime para pelajar di karena kan masuknya budaya luar yang lebih menarik. Dekadensi moral di mulai dari hal yang kecil dari mulai cara berpakaian,berbicara,tradisi yang tidak sesuai dengan kepribadian leluhur budaya Indonesia dan bahkan dapat mengurangi keimanan dan berpindah agama hanya karena ingin mengikuti trend yang sudah di dapat dari budaya luar.
Studi Kasus
Salah satu studi kasus dari dekadensi moral....
 Di dalam suatu lingkungan yang sedang mengalami krisis psikologis dan moral, yang diakibatkan oleh adanya gelombang materialisme yang sangat besar, dimana kekayaan dan bukan moralitas yang menjadi patokan kehormatan dan penghargaan, tidak ada sistem pendidikan, meskipun telah berkembang dan tersebar, yang dapat menyuburkan dan meningkatkan moral dan spiritual dari masyarakat. Golongan terpelajar, para guru dan ahli-ahli pikir yang menempati kedudukan penting di universitas telah tersapu oleh arus materialisme yang sangat kuat, mereka bagaikan potongan-potongan daging cacah di dalam garam yang dengan segera larut dan menyatu dengannya. Oleh karena itu tidak sepatutnyalah kalau kita menutup mata dari gelombang pasang materialisme yang begitu kuat menerjang segala sesuatu yang menghalanginya. Dalam keadaan beginilah perlulah kita melakukan pemikiran yang lebih sungguh-sungguh tentang penyakit-penyakit yang menjadikan bangsa Muslim lemah dan lumpuh.[4] Hal inilah yang menjadi tugas kita bersama.



[1] Zakiah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia. (Bulan Bintang : Jakarta, 1976) hal.49
[2] Ibid. Hal.52
[3] Ibid
[4] Perkataan Imam Maulana Abul Hasan Ali Nadwi dari Education in Saudi Arabia dalam karyanya tentang Islam dan peranannya di dunia modern